Kejadian Terpolos edisi Kelas Sore



Banyak pengalaman yang diberikan selama menjadi anak KKN. Rasanya dicerita pun berhari-hari tak ada habisnya. KKN itu berjuta rasanya, segala rasa ada seperti permen nano-nano. Kejadian terpolos bagiku adalah saat mengajar anak-anak desa dikelas sore. Anak-anak usia PAUD tepatnya. Ini untuk yang pertama kalinya dalam hidupku, mengajar anak-anak bernyanyi, menggambar, dan menulis.
Rasanya bahagia melihat antusias anak-anak dan para ibu-ibu yang datang mengantar anak-anaknya. Ruang tengah rumah pak kadus pun disesaki anak-anak dan orang tuanya. Hampir seluruh usia berlebur dikelas sore itu.
Anak-anak telah berjejer rapi dihadapanku dan para orangtua duduk dengan tenang di bagian belakang. Hari pertama sore itu, aku ditemani Indah dan Muhlis. Kami bertigalah yang bertanggungjawab penuh untuk kegiatan kelas sore, sebab dua teman lainnya sibuk mengurus yang lain.
Belajar sore ini dimulai dengan berdoa. Setelah berdoa, untuk mencairkan suasana yang sedikit kaku, eh kikuk. Aku mengajak anak-anak bernyanyi, meski lagunya baru dihapalkan siangnya, meski suaranya sedikit fals..yah tetap dilanjutkan, syukurlah anak-anak fine-fine saja, tidak ada yang protes..hihi.
Giliranku menunjukkan mereka bernyanyi, tanpa ragu di Rafa unjuk tangan "Saya bu guru..saya bu guru" desaknya. Tak ingin membuatnya kecewa dan ku hargai keberaniannya akhirnya aku memilih Rafa "Ya, Rafa.. mau menyanyi lagu apa?" tanyaku..
"Lagu sakitnya tuh disini, bu" jawabnya spontan sambil menunjuk dadanya
Jleb. Seluruh ruangan riuh oleh penyataan Rafa.
Tanpa ragu. Tanpa banyak tanya. Tanpa malu-malu. Rafa mulai bernyanyi "Sakitnya tuh disini, didalam hati.. sakitnya tuh disini di dalam hatiku" ujarnya dengan gaya lima detik yang lalu *menunjuk dadanya
Rafi si kembarnya Rafa pun berdiri dan beraksi. Melanjutkan lagu Rafa. Dan tetap saja mereka hanya bisa menyanyikan sepenggal kalimat itu "Sakitnya tuh disini, di dalam hatiku"
 (Rafi dan Rafi, si kembar paling heboh)
 
Pengaruh dari sebuah lagu sudah berdampak pada anak-anak. Anak-anak yang dalam usianya harusnya tak menyanyikan lagu orang dewasa, apalagi liriknya yang penuh kerapuhan. Mereka tak hafal lagu pelangi-pelangi, balonku ada lima, naik kereta api. Keberadaan lagu anak-anak kecil seusia mereka pada zamanku telah terganti oleh lagu-lagu modern tentang patah hati -_-"
Hari pertama itu lebih banyak bernyanyi, dan menyempatkan waktu sediikit untuk mengenal warna dan belajar mewarnai. Semua berjalan sesuai rencana. Dan hari-hari selanjutnya tak kalah menyenangkan, anak-anak semakin antusias. Mereka datang lebih awal dengan pakaian yang rapi. Mereka sudah mulai menghafalkan lagu anak-anak seusianya. Tak ada lagi yang malu-malu saat di suruh bernyanyi, mereka lebih percaya diri. Bukan hanya bernyanyi, kami mengenalkan warna dan huruf serta angka, membantu mereka belajar menulis dan mewarnai.


Lagu favorit kami saat itu yaitu "Disini senang, disana senang..dimana-mana hatiku senang" Saat meminta mereka berdiri, mereka telah hafal jika akan menyanyikan lagu ini, senyum sumringah mereka menjadi penawar penat, keceriaan mereka menjadi hiburan tersendiri untukku. Ada harapan yang aku titipkan pada anak-anak ini.
----
Suatu hari aku dan teman-teman kembali menggelar kelas sore, tapi kali ini di dusun sebelah. Dusun ini mayoritas warganya beragama kristen. Momen terpolosku ada ditempat ini. Seperti biasa sebelum belajar, kami berdoa. Aku meminta salah seorang anak perempuan yang kebetulan ikut ramai dihari itu untuk memimpin adik-adik berdoa. Setelah berdoa, kami pun bernyanyi. Lagu anak-anak tentunya. Hampir seluruh lagu yang ku hafal telah dinyanyikan, aku menunjuk salah seorang dari mereka tapi nihil. Mereka masih malu-malu. 

Berusaha untuk mencairkan keheningan, aku bertanya pada mereka "Ayo, lagu apa lagi"
"Lagu anak monyet, bu" seru Prilin
"Lagu anak monyet? Bagaimana itu?" tanyaku kembali
"Jangan nak, ibu guru tidak tau itu" ujar beberapa ibu
"Lagu anak monyet, bu.." seru anak-anak
Bimbang. Karena tak tau. Dan akhirnya aku pun mengiyakan mereka "Ayo, bagaimana lagunya" ujarku dengan wajah polos
Mereka pun bernyanyi (Maaf, saya lupa)
Jleb. Aku termangu. Wajahku nampak sangat polos sore ini. Seluruh orang tertawa. Ibu-ibu menepuk jidat sambil tertawa. Aku menahan malu. 
Ternyata lagu anak monyet itu adalah lagu sekolah minggu mereka .__. pantasan saja saya tak tahu.
Aku akan tetap mengingat momen terpolosku ini.

Komentar

Postingan Populer