Ini Cerita KKN'ku.. Mana ceritamu?
Terima
Kasih untuk Pengalaman Hebat yang Tak Akan Terulang...
Banyak hari yang telah
dilewati dengan berbagai pengalaman. Bertemu dengan banyak orang baru dengan
karakter yang berbeda. Dihadapakan dengan berbagai karakter dan problematika masyarakat yang sama sekali tak
pernah terduga. Ada hari dimana kami merasa terlalu sulit untuk melewatinya,
lelah. Bahkan ingin kabur sejenak. Atau ada hari dimana kami bahkan tak tau
harus melakukan apa. Fokus mengurus kuliah selama ini, menjadikan KKN sebagai
liburan panjang dengan pengalaman hebat yang tak bisa dibayar atau pun diulang
kembali.
Karena Kebahagiaan itu
harus diperjuangkan...
Ya, kebahagiaan itu WAJIB
diperjuangkan. Meratapi nasib sama sekali bukan solusi terbaik, jika kita
bergerak maka semuanya bisa berubah. Memberanikan diri keluar dari zona nyaman,
sesekali merasakan hidup bebas. Bebas dalam artian tanpa pantauan langsung
orang tua, tapi tetap bisa “Menjaga Diri”. Bebas karena kita harus belajar
mengatur diri dari sekarang. Mungkin KKN’lah jawaban yang tepat. KKN bukan
sekedar menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi “Pengabdian Kepada Masyarakat”. Tapi
KKN adalah proses pendewasaan, karena tak lama lagi kita akan berlebur bersama
masyarakat.
Di awal rencana, KKN di kampus
mungkin yang terbaik. Sambil KKN bisa menyelesaikan tugas-tugas yang
tertinggal, bisa nyusun Proposal, bisa menerima tawaran untuk jadi Asisten dan
banyak pertimbangan lainnya.
Tapi, saat pengumuman tiba...
Ada rasa iri yang tersemat dihati. Rasa
iri karena tak bisa seleluasa mereka mengekspresikan bentuk dari pengabdian
masyarakat yang sesungguhnya. Iri karena pengalaman mereka akan luar biasa.
Sekalipun iri masih saja tersemat
dihati, tapi hati selalu menolak. Ingin terima nasib apa adanya...
Terima keadaan begitu saja, merasa
sedih dan meratap tak akan mengubah keadaan. Berkali-kali menguatkan hati,
dengan alasan “Mungkin ini yang terbaik” tapi, apa iya??
Rencana Allah selalu
lebih Indah dari Rencana Kita..
Sabtu malam, sebuah peluang untuk
merasa bahagia akan KKN tiba dalam sebuah percakapan via telepon..
“Daerah Balaesang Tanjung, mereka
masih butuhkan mahasiswa” katanya
Berpikir sejenak, takut akan
mengecewakan beberapa pihak. Belum lagi dengan deretan tujuan KKN di Palu yang
telah disusun dengan rapi. Pasrah? Iya, saat itu ingin pasrah saja.
Tapi, Entahlah.. Saya tetap ingin
pindah..
Memberanikan diri menyampaikan
keinginan, yang saya pun tahu banyak orang yang akan sedikit menentang. Apalagi
Orang tua, ini untuk pertama kalinya anak gadis manja akan pergi selama dua
bulan. Dan tentunya teman baik, yang sudah saling menguatkan dengan alih-alih “Mungkin
ini yang terbaik”.
Benar saja, papa dan mama cuman
bilang “Terserah kamu ca, kamu yang paling tahu apa yang buat hatimu senang”
katanya dengan nada yang aku tahu sedkit kecewa.
Bagaimana dengan dua sahabat ? Kami
bertiga dibuat galau dengan kabar itu. Berjanji bertemu besok hari untuk
menentukan hari-hari yang akan kami lewati selama dua bulan..
Keesokan harinya kami bertemu di LPM.
Bisa dilihat, mata sembab pun nampak jelas darinya. Masih ada sedikit rasa
takut, tapi yah.. namanya kebahagiaan memang harus diperjuangkan... :’D
Dan Entahlah, angin apa
yang membawa kami sejauh ini. Terhempas disebuah tanjung yang kami kenal pun
tidak..
Bapak itu berusaha menawarkan kami
diberbagai tempat. Tapi tetap kekeh kalo kami ingin disini “Tidak pak, kami
ingin di Balaesang Tanjung” ujarku
Jangankan kenal, dengar nama “Balaesang
Tanjung” pun tak pernah. Apalagi soal kondisi masyarakat, budaya, adat
istiadat, akses jalan, ataupun jaringan telepon. Tapi tetap saja, hati sudah
tertaut padanya.
Dan, kebahagiaan yang
diperjuangkan pun telah digenggam... Balaesang Tanjung, i’m coming...
Pantai selalu punya pesonanya..
Kami datang disebuah tanjung yang tak
kami kenal. Sepanjang jalan memasuki tanjung ini barulah berpikir tempat
seperti apa ini? jalan memasuki tanjung ini tak seutuhnya mulus, cukup jauh
untuk mendapatkan rumah warga. Sekali lewat kami pun mengatakan “Rumahnya cuman
sedikit”.
Ditempat ini pula kami baru saling
mengenal antar teman posko. Dan disini pula saya lebih mengenal tentangnya...
(Indah, Muhlis, Ichsan, & Apriono)
Indah Ramadayanti, sahabat..teman
satu fakultas (Teknik) yang sama-sama pindah. Dan untuk pertama kalinya pun
jauh dari orang tua. Ibu’nya nitip indah ke saya, katanya dia boleh pindah
asalkan satu posko dengan saya :’D #Alhamdulillah semuanya bisa diatur baik.
Muhlis, pertama kali melihatnya ada
sedikit rasa takut. Entahlah, pertemuan pertama itu dia tak pernah senyum. Sampai-samapi
saya dan indah saling dorong saat ingin masuk mobil. Hehe.. tapi, mungkin ini
yang pepatah katakan “Don’t judge people by the cover”. Dia baik, dan kebapaan
karena usianya juga yang paling dewasa dari kami berlima.. jadi merasa punya
teman dan aba..hihi.. muhlis juga jago masak. Saya dan Indah berguru sama Koki
handal ini :D
Moh. Ichsan, ini dia kordes saya.. di
awal pertemuan, dia sempat mengundurkan diri..katanya lebih baik kordesnya saya
atau indah. Katanya dia tidak terbiasa mengurus kegiatan. Tapi kami menolak,
saya pun mengeluarkan jurus jitu..supaya para lelaki tak bisa menolak “Kalau
seandaianya kau memang merasa laki-laki yang tidak bisa bertanggung jawab, yah
sudah..saya saja jadi Kordes. Saya bisa”. Langsung saja keningnya
menggerut, dan terpaksa deh. Dari pada dibilang laki-laki yang tidak
bertanggung jawab... hahaha..
Apriono, anaknya rajin. Kalau lagi
masak dia selalu kebagian bersihkan ikan, wuih jago dia. Soal bermasyarakat,
dia paling ahlinya. Mungkin karena dia memang tukang pajokka..hehe. jangan
heran kalau dia yang paling banyak dikenal warga dusun dua.
Sedikit pengalaman selama
berorganisasi adalah modal awal untuk berkomunikasi bersama masyarakat dan
mengatur kegiatan. Syukurlah, saya pernah terlibat dibeberapa kegiatan,
sekalipun tak begitu banyak yang bisa saya lakukan.
Kuliah Kerja Nyata, kita akan
berkomunikasi dengan para aparat desa, membuat berbagai perencanaan kegiatan,
dan berbaur bersama masyarakat.
Hampir lupa, saya dan indah
ditempatkan di Desa Walandano
Balaesang tanjung terbagi menjadi
delapan desa yaitu Walandano, Malei, Kamonji, Ketong, Manimbaya, Rano, Pamolulu,
dan Palau. Desa Walandano adalah desa pertama yang akan dijumpai pertama kali
memasuki Balaesang Tanjung. Desa ini adalah salah satu desa dengan jaringan
telepon seluler yang baik dari ketiga desa (Palau, Pomolulu, dan Walandano).
Desa Walandano terbagi lagi menjadi 3 Dusun, yaitu Dusun I (Lambagu), Dusun II
(Walandano), dan Dusun III (Lewonu).
Desa ini unik, masing-masing dusun
memiliki ciri khas tersendiri. Dusun I (Lambagu) mayoritas warganya adalah
muslim. Dusun II (Walandano) mayoritas warganya adalah non muslim, sering kami
dengar dikatakan Kampung Kristen oleh
orang-orang diluar tanjung yang kami jumpai. Dan dusun III adalah gabungan dari
dua agama yaitu Kristen dan Muslim. Meski terbagi dari dua keyakin, tapi selama
KKN kami melihat mereka hidup saling berdampingan dengan baik. Menghargai satu
sama lain. Dan kebersamaan yang baik.
Bersambung ------
Komentar
Posting Komentar