Surat Kecil Untuk Walandano #EdisiPerpisahan
Setiap
pertemuan pasti akan ada perpisahan, begitu pula dengan kita hari ini. Dua
bulan yang lalu kami datang ke tempat ini, dan tak terasa lusa kami harus
kembali.
Kuliah
Kerja Nyata (KKN) adalah sebuah panggilan jiwa yang tak tertolakkan. Melebur diri
bersama masyarakat, dengan tujuan mulia yaitu mengabdi pada masyarakat. Awalnya
terdengar mudah, tapi seiring waktu berjalan tak semudah apa yang pernah
dibayangkan.
Pertemuan
kita hari ini adalah bagian dari Skenario Allah, yang telah diatur oleh-Nya.
Hingga kita bisa bertemu, saling mengenal, dan akrab.
Malam ini
saya kembali mengingat kejadian dua bulan yang lalu sebelum hadir ditempat ini.
Di Walandano ini sebenarnya hanya ada 3 orang mahasiswa KKN, yaitu Moh. Ichsan,
Apriono, dan Muhlis.
Sabtu
malam, saya mendapat info dari seorang teman..katanya di balaesang tanjung
masih sangat dibutuhkan anak KKN. Awalnya saya bukan ditempatkan disini tetapi
di kota Palu begitu pun dengan Indah. Kami berdua teman, sahabat dan satu
fakultas. Malam itu kami berdua digalaukan.. sama-sama ingin pindah, dari kota
palu ke balaesang tanjung.
Tidak
pernah hidup jauh dari orang tua dengan waktu yang cukup lama, tentunya membuat
hati orang tua gelisah dan ada ketakutan jika anaknya tidak bisa mandiri. Malam
itu pula kami masing-masing membujuk orang tua, dengan berbagai alasan dan
menunjukkan diri jika kami bisa hidup jauh.
Akhirnya
orang tua setuju dan bilang “Terserah kamu ca, kamu yang tau apa yang buat
hatimu senang” katanya begitu.
Saya tau
dan paham, kalau rasa cemas mereka pasti ada. Tapi, entahlah angin apa yang membawa
kami sejauh inni.. ke tempat yang jauh di luar angan..
Esok
hari, tepat dihari minggu sehari sebelum pelepasan ke lokasi KKN, kami sibuk
mengurus kepindahan di kantor LPM, hingga sore hari. Di tawari di beberapa
lokasi lain, tapi kami berdua tetap bersi keras di sini “Balaesang Tanjung”.
Padahal kalau dipikir kami berdua sama sekali tidak begitu tau tentang kondisi
di tempat ini. Mungkin itu yang namanya
panggilan jiwa. Akhirnya, kami ditempatkan di tempat ini “Walandano”. Saya
dan indah langsung sepakat, tanpa bertanya tentang akses jalan, ada sinyal atau
tidak, dan lain2.
Sore itu
juga saya dan indah menghubungi Ichsan, dan menyiapkan perlengkapan yang harus
kami bawa ke lokasi KKN.
Masih
ingat, pertemuan pertama dengan Muhlis sewaktu dikampus. Entahlah, ada sedikit
rasa takut dan cemas, sampai-sampai sewaktu akan berangkat saya dan indah
saling dorong pas mau duduk dimobil. Bagaimana muhlis tidak ada senyum..
Selama
perjalanan menuju ketempat ini, kami dibuat cemas dengan sopir katanya jalannya
jelek, jaringan pun tak bagus. Tapi, tetap saja saya sama indah saliing
menguatkan hati, kalo ini adalah pilihan kita dan kita pasti bisa menjalaninya.
Sedikit
terobati sepanjang jalan memasuki desa ini kami disuguhi pemandangan yang luar
biasa indahnya, pantai selalu punya pesonanya..
Melewati
rumah warga, kami sempat berkomentar didalam mobil.. “Cuman sedikit rumah
warganya”. Cuman sedikit kelihatannya tapi ternyata sampai hari ini saya sadari
jika tak semua rumah warga bisa kami datangi, tak semua warga kami kenali..
Kami
diturunkan di kantor camat. Hari itu pak Kades menjemput kami dengan membawa
dua motor. Karena setahu beliau mahasiswa KKN diwalandano hanya 3 orang.
Akhirnya saya dan indah menunggu jemputan. Kami menunggu di rumah dinas pak
Camat. Jam 7 malam ichsan dan eno datang kembali. Dan di rumah pak Camat itu
kami baru kenal dengan Eno. Malam itu juga kami yang baru tiba memberanikan
diri kembali ke walandano. Seumur hidup saya baru pertama kali melewati jalan
yang seperti itu, bahkan saya dan eno sempat jatuh hari itu.
Melepas
diri dari zona nyaman, untuk satu tujuan “Mengabdi pada Masyarakat”. Belajar
hidup mandiri, belajar memimpin diri, belajar memimpin orang lain, belajar
bermasyarakat, dan belajar banyak hal baru.
Tak
semudah apa yang pernah ada dibenak, ingin membuat ini.. itu dan banyak hal.
Selama KKN kami harus belajar bermasyarakat,
dihadapkan dengan problematika dan karakter masyarakat yang
berbeda-beda. Tak bisa dipungkiri kadang kami mengeluh.
Waktu dua
bulan itu ternyata tidak cukup. Apalagi saya termasuk orang yang lambat dalam
beradabtasi dilingkungan baru.
Saya
sadar dan paham, kami berada disini pasti akan dinilai oleh masyarakat.
Menampilkan diri yang apa adanya, dan itu memang “diri kami”.
Titik fokus
pada KKN Angkatan 70 adalah penguatan kelembagaan yaitu Pos Pemberdayaan
Masyarakat (POSDAYA). Berlatarkan arahan dari kampus untuk tidak membangun
fisik, kami berusaha untuk tidak melanggar. Kalau KKN dulu mungkin programnya
lebih kelihatan, karena programnya berwujud ada bentuk yang dilihat. Tapi,
nyatanya banyak juga yang melakukan pembangunan fisik hingga mereka terlihat
jika memiliki program.
Masalah
datang silh berganti, laksana musim yang juga terus berganti. Bahkan kadang
masalah satu belum usai, masalah
berikutnya menghampiri. Ada hari dimana terasa sangat berat dan menyesakkan
untuk di lalui, seperti ingin kabur sejenak. Atau ada hari dimana kami bingung
tak tau harus melakukan apa.
Saya yakin
setiap masalah adalah pelajaran pendewasaan diri yang harus dilalui untuk naik
ke tangga kehidupan berikutnya. Ya, masalahlah yang buat kita lebih dewasa
dalam hal mengambil sikap.
Mengubah
cara pandang masyarakat tentang model KKN dulu dan sekarang sangat sulit. Apa
lagi POSDAYA “Pos Pemberdayaan Keluarga” adalah hal yang baru, ada arahan
pemerintah agar setiap Desa memiliki POSDAYA. Ditambah lagi berbagai kendala
yang harus dilalui.
Dihari-hari
terakhir KKN waktu itu seperti cepat sekali berlalu, padahal kebersamaan yang
sesungguhnya barulah terajut. Mungkin waktu beradabtasinya yang sangat lama,
ketimbang kebersamaannya. Kebersamaannya terlalu singkat. Padahal belum semua
warga bisa kami jangkau.
Selama
KKN kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik yang
kami bisa lakukan.
Malam
ini, saya mewakili teman-teman mahasiswa KKN.. memohon maaf yang
sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Walandano, untuk segala kekhilafan
kami, ketidak sempurnaan program kami, perkataan dan sikap yang kurang berkenan
dihati.. kami mohon dimaafkan. Karena kami juga manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan.
Tak lupa
saya juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Kepala Desa, Aparat Desa dan seluruh masyarakat yang saya tidak bisa sebutkan
satu persatu, atas penerimaan yang baik, bantuan tenanga, pikiran, moril maupun materil yang kami
terima selama berada ditempat ini. teman-teman pemuda dan pemudi yang telah
menjadi teman baru kami, dan adik-adik yang telah menghibur kami selama berada
disini.
Waktu pun
akan berlalu, saya berharap waktu tidak akan memudarkan cerita tentang kita.
Suka dan duka yang dilalui bersama adalah bagian dari pengalaman yang sangat
berharga yang tidak akan didapatkan ditempat lain.
Kalau pun
suatu hari nanti kita bisa bertemu dan berkumpul lagi, untuk mengulang hari
kemarin yang pernah dilewati bersama pasti tidak akan sama dengan cerita hari
ini. hari ini adalah hari ini, dan kemarin adalah kenangan. Dan kenangan bukan
untuk dilupakan tapi untuk diingat sebagai pembelajaran untuk hari esok.
Mungkin
kami tidak bisa mengajarkan banyak hal kepada masyarakat, tetapi satu hal yang
masyarakat tak pernah sadari, kamilah yang banyak belajar ditempat ini. kami
banyak diajari tentang berbagai hal yang menurut kami setiap orang yang kami
jumpai ditempat ini adalah guru kehidupan yang tak memiliki titel. Mulai dari
orang tua hingga anak-anak kecil, belajar tentang kehidupan dan satu pelajaran
penting tentang toleransi umat beragama, bagaimana hidup saling harmoni antara
satu dan lainnya...
Terima
kasih untuk seluruh masyarakat Walandano, teman-teman, dan adik-adik.. Saya
bangga mengenal kalian...
Besok-besok
jika Tuhan mengizinkan kita kembali bertemu, tolong ingatkan saya tentang
pertemuan kita disini. Karena, untuk mengingat seluruh warga mungkin sedikit
sulit. Namun, jika warga mengingat 5 orang mahasiswa KKN mungkin lebih mudah
untuk dikenali karena kami hanya berlima.
Semoga
suatu hari nanti kita bisa kembali berjumpa dan berkumpul dalam keadaan sehat
dan kondisi yang lebih baik dari hari ini.
Saya juga
mohon doa’nya untuk kami, tolong doakan kami agar bisa secepatnya menyelesaikan
kuliah dan kembali pada “pengabdian pada masyarakat”.
Pesan saya, apa telah kita kerjakan selama ini bersama dan memiliki tujuan yang baik, silahkan diteruskan. Dan ada pun kesalahan kami selama proses KKN, sekiranya bisa disampaikan kepada mahasiswa KKN berikutnya pada awal-awal kedatangan mereka. Semoga bisa menjadi pelajaran dan tidak akan terulang lagi. Dan program KKN mereka bisa jauh lebih baik dari kami hari ini.
Buat
adik-adik.. jangan malas belajar, gantungkan cita-cita kalian
setinggi-tingginya. Karena kalian punya potensi untuk menjadi orang yang
sukses. Siapa tau besok-besok diantara kalian bisa menjadi pemimpin negeri ini
dan siapa pun kalian bisa mengembangkan Desa ini menjadi lebih baik lagi
kedepannya. Dan jangan lupa untuk menghargai orang tua, sebab ridho Allah itu
bergantung pada Ridho orang tua, terutama ibu. Minta didoakan oleh ibu, Insya
Allah.. kelak kalian akan sukses... Amin..
Sekali
lagi saya ucapkan mohon maaf dan terima kasih untuk semua hari yang telah kita
lalui bersama...
----
Walandano, Thank you so much... Untuk segenap pengalaman yang luar biasa... :')
Komentar
Posting Komentar