Selapang Nama

Derai air mata tak tertahankan lagi, lalu semuanya luruh begitu saja seiring takbir diucapkan, hati bergetar dan tubuh rasanya melemah. Bulir-bulir air mata pun laksana mutiara yang jatuh mengenai mukenah putih berenda bunga merah lalu pecah menyentuh sajadah. Tak tertahankan lagi, menikmatinya dengan cara seperti ini jauh lebih menenangkan. 

Tiba-tiba kembali mendekat dan kembali ingin merasa dipeluk saat sujud. Tak tertahankan keluh pun terucap, lalu bagaimana dengan rasa syukur tentang kemarin? Apa mungkin kita hanya akan mendekat kala sedih berdatangan dan lupa kala kesenangan menyibukkan? "ya Rabb.. inikah caramu untuk membuatku kembali lebih dekat dengan-Mu?" lirihku

Tak terhitung betapa banyak nikmat yang Allah berikan. Namun, rasa syukur masih terbatas. Lalu saat rentetan kesedihan datang, hanya Allah yang selalu ada. Ketika sujud rasanya Allah tengah memelukku. Tenang. Damai..

Ada hikmah dibalik semua ini, berpikir positif lebih baik. Semua akan datang pada waktu yang tepat, tempat yang tepat, dan keadaan yang tepat. Setidaknya sudah berusaha keras, mungkin waktu dan keadaannya yang belum tepat, sabar mi :')

Tapi mau bagaimana pun masih menaruh harapan untuk sebuah keajaiban. Seiring usaha dan doa.. Dan merugilah bagi yang telah berada dalam kesempatan itu lalu menyianyiakannya..

Tertatih-tatih dahulu, semoga berakhir dengan indah. Perjuangan barulah dimulai, semoga masih bisa berlapang dada menghadapi setiap ujian kesabaran. Selapang nama, Nasyrah. 

"Ya Rabb, tak henti-hentinya kesabaran ini harus diuji. Dan yang aku paham, bukan sabar namanya jika ia berbatas. Lapangkan dadaku, selapang namaku. Menyelesaikan amanah dan mimpi orangtuaku adalah impianku" :")

#Catatanceritatugasakhir

Komentar

Postingan Populer