Pilu #belajarnulis #ceritapendek #fiksi

"Sebanyak ingin melupakan, sebanyak itu pula mengingat. Entahlah sakit seperti apa ini. Dan pantaskah ku keluhkan padanya, padahal tak ada hak bagiku untuk menuntut. Sementara ia terus saja menggores luka yang semakin lama semakin menyesakkan..bahkan ia tak pernah sadar" ujarnya penuh sesak, air matanya pun luruh tak tertahankan.

Aku hanya bisa termangu menatapnya lekat dalam diam tanpa bisa berkomentar apapun tentang pilunya.

"Aku lelah, aku ingin menyerah. Aku tak tahu sakit apa ini" tambahnya, sembari mengusap air matanya yang terus saja mengalir. Sesekali ia menatapku lalu kembali menatap pada ujung langit yang berada dihadapan kami.

Kami berdua larut dalam suara deru ombak yang terdengar menyesakkan, seakan alam pun tengah menyaksikan pilunya.

Terkadang aku tak paham tentang mereka yang tengah dilanda sesuatu yang sering mereka sebut dengan 'Cinta'. Apa iya, cinta itu bisa berubah menyakitkan? Entahlah.

"Lalu, sebenarnya ini salah siapa?" tanyaku polos

Ia kembali menatapku, matanya nampak sendu layaknya senja yang tak terlihat menawan seperti hari kemarin "Mungkin aku. Aku yang terlalu bodoh, aku yang tak pernah bisa melupakan, aku yang terlalu mengistimewakan, aku yang selalu memberi kesempatan padahal aku tahu seberapa banyak ia membuatku sedih. Tapi, bukankah jika ia tak pernah bersikap seperti itu maka aku pun tak akan seperti ini dibuatnya?"

Aku tertunduk, aku tak tahan lagi dengannya. Aku beranjak dari tempatku, "Ra, kenapa sih kamu masih harus mikir tentang dia yang belum tentu mikir kamu? Kamu tahu, berapa banyak hari dibuat sedih hanya karena ulahnya? So, kenapa kamu masih kasih kesempatan Ra? Karena masalah ini, kamu berhenti berkarya? Karena masalah ini kamu biarin kuliah kamu berantakan? Ra, aku gak kenal kamu.." sanggahku

Untuk kesekian kalinya ia tertunduk, diam dalam pilunya. Pipinya berkali-kali basah dalam detik yang sama. Bibirnya kelu, "Aku seperti kehilangan sebagian hati dan semangatku. Aku tak tahu, apa ini yang aku sebut cinta..padahal ia amat menyesakkan"

"Ra, cinta itu saling menguatkan keduanya. Bila ia melemahkan salah satunya, itu tak pantas kau sebut cinta" jawabku tegas. "Ra, ikhlaskan sama Allah.. Allah punya rencana yang indah" tambahku







Komentar

Postingan Populer