Hari ke Sebelas #EkspedisiBalaesangTanjung #KKNAng70
Waktu terus bergulir
tak terasa hari ini telah masuk kehari sebelas..
Pagi ini masih tetap
terdengar deburan sang ombak yang menghantam karang, kicauan bururng dan tak
luput suaru ngonggongan anjing yang malang. Dan seperti biasa pagi ini pun
masih aku tak kunjung mendengar adzan dari mesjid di ujung sana.
Hari ini Indah datang
dari Palu. Sepi rumah, sepi kamar, sedih sedikit tapi memang harus seperti itu.
Membiasakan diri ditempat baru itu tak pernah mudah, belajar berinteraksi
dengan orang lain harus dilakukan. Toh, memang kedepannya kita akan bergabung
dalam masyarakat. Besok-besok kalau nikah pasti harus berinteraksi dengan
keluarga si dia, ehem.. hahaha..
Hari minggu kami
mengadakan Lokakarya Desa di Kantor Desa Walandano. Malam sebelumnnya kami
mengadakan rapat untuk menyusun program kerja. Dalam rapat selalu saja tertawa
bagaimana tidak tingkah muhlis selalu memancing tawa kami, apalagi Indah..
Siang harinya
koordinator kecamatan si Hamsah muncul di posko. Padahal telah beberapa hari
kami di Walandano dia baru muncul melihat kami. Si Hamsah, tubuhnya
tinggi, kuliatnya putih, pakaiannya rapi, nampak jika dia adalah orang yang
suka menjaga penampilan.
Kedatangannya ada
baiknya dan ada pula sedikit kurang baiknya. Baiknya adalah karena ia memeriksa
semua program kerja kami, dan mengarahkan bagaimana Lokakarya Desa hingga membuka
pemikiranku tentang alur rapat nantinya. Dan kurang baiknya adalah karena
sikapnya yang takut mungkin kami tak bisa melakukan semua alur itu,
sampai-sampai untuk membuka acara pun dia ingin mendengarnya “Gubrak”. Kami
layaknya apalah...
“Kamu sudah buat
susunan acara?” tanyanya
“Hah? Pakai itu
lagi?” tanyaku
“Iya dipakai,”
Segera ku buat
susunan acara dilaptopku.
“Eh, nanti kordes
kasih sambutan juga” ujarnya
Tiba-tiba ekspresi
Ichsan berubah, wajahnya memperlihatkan ketidaksukaan atas peran yang sebentar
lagi harus dia lakukan “Apa lagi itu” ujarnya dengan nada sedikit tinggi dan
terdengar menggerutu
“Iya sambutan,
sambutan biasa saja” jawab Hamsah
Pandangannya pun
kurang menyenangkan, seakan tak setuju melakukan kewajibannya sebagai
koordinator desa.
“Trus MC’nya siapa?
Yang bahas proker siapa?” tanyaya kembali
“Jleb” baru sadar
kalau persiapan kami memang masih sangat kurang, perasaan kuurang saat rapat
semalam telah terjawab siang ini dengan kehadiran Hamsah.
“Belum ada”
“Berarti kamu belum
siap ini”
“Ayo dibuat saja”
Ujarku meyakinkan jika Lokakarya Desa akan tetap berjalan.
Sementara aku sibuk
menyusun pembukaan mereka sibuk berdiskusi tentang pembahasan proker.
“Yang bahas proker
ini kordes saja” ujar Hamsah, kali ini Ichsan kembali tersentak dengan
pernyataannya.
“Eh, kenapa saya
lagi?” tanyanya menggerutu dan beralih pergi kebagian belakang
“Terus siapa dant?”
tanya Muchlis
“Iya baiknya ketua
yang menjelaskan, nanti kalau memang ada bagian atau pertanyaan yang tidak bisa
dijawab nanti sama-sama kita bantu. Kau cukup jelaskan saja, nanti kita bantu
untuk memperjelas lagi” jelas indah,
Raut wajahnya nampak
ketakutan dan matanya kian tajam menatap kami. Bisa diliat dari bahasa tubuhnya
jika dia tak ingin. Padahal kami membahas proker ini bersama, jika hanya
masalah gugup itu hal biasa. Gugup akan berlalu jika kita membiasakan diri.
Sebagai seseorang yang pernah berorganisasi tak lantas membuatku tak gugup
menghadapi Lokakarya Desa, apalagi ini pertama kalinya aku harus memimpin
jalannya acara dengan orang-orang tua. Terbiasa hanya sebagai leader belakang
layar mengatur orang lain untuk sebuah acara ditambah lagi kegiatannya bersama
usia sebayaku atau tak jauh beda umurnya dariku. Justru disini, bukan akan
bertindak dibelakang layar.. nampak langsung di depan umum untuk memimpin
sebuah diskusi bersama aparat desa yang nantinya akan sangat penting untuk dua
bulan kedepannya. Disini keorganisasian kami sebagai mahasiswa cukup diuji.
“Jangan saya, saya
tidak tau apa-apa ini” tolaknya
“He’eh” desirku
“Bagaimana kalau caca
saja, apa sepertinya dia lebih paham” ujar Hamsah
Aku terhenti menulis
susunan acara,
“Eh, jangan kau
bilang seperti itu. Kita bahas ini sama-sama tadi malam. Bukan cuman caca.
Kalau bahasamu seperti itu, iitu seperti bilang kalau kita tidak buat apa-apa”
ujar indah
Hamsah sontak kaget
melihat sikap Indah yang tiba-tiba berubah, suaranya terdengar tegas dan tak
ada tawa di wajahnya. Matanya tajam menatap Hamsah, sementara Hamsah terlihat
ciut.
“Iya sudah, terserah
kalian saja.” Ujarnya dan berbalik
“Jujur saya
tersingung. Dari beberapa posko cuman poskonya kalian yang buat saya Korcam
seperti ini. Minta maaf ini, tapi hargailah saya” Ujar Hamsah. “Terserah kalian
saja, nanti saya liat”
Tiba-tiba Muhlis dan
Indah kembali tertawa, “Kenapa kau tersingung, kita memang seperti ini” ujar
Indah
“Setiap saya bicara,
kau Caca belum selesai saya menjelaskan kau sudah potong-potong” Jawabnya
Aku hanya bisa
tersenyum pahit mendengarnya, memang seadanya kami seperti ini. Jika ada yang
harus dikatakan tak peduli apakah lawan bicara telah memulai percakapan,
ditengah percakapan atau dibagian akhir, selalu kami “Skak” kapan pun itu. Tapi
kami seposko tak pernah menjadikan itu masalah, selama klarifikasi atau sebuah
candaan bisa menjadi penawar dari ketegangan yo..wis.. silahkan.
Kami bertiga berusaha
menjelaskan padanya tentang keadaan kami yang memang seperti itulah adanya.
Mungkin jika dia seposko dengan kami setiap harinya ia akan tersingung, bukan
posko kami kalau tak heboh dengan candaan si Muhlis Vs Indah, bahkan mereka
menamainya “Walandano Lawak Klub”. Ada-ada saja bahan tertawa yang dibuatnya,
tapi begitulah semua sedih tertawarkan oleh mereka.
Tepat pukul 15.00
Acara pun dibuka, gugup namun hilang dengan sendirinya tatkala mengucap syukur
pada Allah untuk nikmat yang tiada hentinya diberikan pada kami. Pembukaan pun
berjalan dengan lancar. Masuklah pada acara berikutnya sambutan kepala Desa,
dalam sambutannya bapak menghimbau kepada aparat pemerintah untuk bersedia
membantu dan memfasilitasi kebutuhan kami disini. Setelah itu sambutan
koordinator kecamatan, sambutannya tersusun rapi dan terlihat telah dihafal
diluar kepala. Dan sampainya pada sambutan koordinator Desa, wajah Ichsan
nampak benar-benar gugup. Matanya menatap kosong kediding dihadapannya..perhatiannya
hanya tertuju pada satu titik ditembok itu dan melewatkan beberapa pasang mata
dihadapannya.
Suaranya kelu untuk
mengucapkan salam, intonasinya rendah dan setiap kata yang diucapkan terdengar
lama dan sangat gugup “Assa lamu alaikum Warahma tullahi wabara katuh..”
gugupnya.
“Yang saya hormati
bapak kepala Desa, yang saya hormati bapak Sekertaris Desa, yang saya hormati
ketua BPD, yang saya hormati ketua adat, tokoh masyarakat, dan semua
masyarakat” ujarnya dengan satu helaan nafas
“Wabillahi taufik
walhidayah Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu” tutupnya
“Jleb” Aku, Indah,
Muhlis saling menatap, seakan kami punya pikiran yang sama. Aku berusaha
mengalihkan pembicaraan..sementara mereka berdua telanjur paham dan tertawa
kecil dibangkunya.
Syukurlah para
pemerintah desa paham dan memaklumi. Mereka cukup peka, dan berusaha
mengakrabkan diri dan mencairkan suasana.
Penjelasan proker
pertama kali dibawakan oleh apriono. Penuturannya terlalu cepat dan tak
membahasnya perbidang, hanya sekedar dibacakan. Aku, Indah dan Muhlis kembali
menatap. Yah, kami punya pikiran yang sama.
Sebagai seorang yang
harus bertanggungjawab atas jalannya diskusi, pada akhirnya aku mecoba
menjelaskan satu persatu bidang dari proker dan jenis kegiatan yang akan kami
buat. Bukan hanya itu, menawarkan kepada para peserta rapat dan meminta
persetujuan mereka serta masukan-masukan yang layaknya bisa membantu kami.
Syukurlah semua
proker yang kami ajukan disetujui bahkan ditambah 2 item kegiatan.
Alhamdulillah, diskusi bersama aparat pemerintah Desa menyenangkan, tapi tak
menghilangkan makna diskusi dalam rapat.
Senja ini dibawah
kaki langit Walandano, aku habiskan semua keluh dan rinduku yang tak tertahan
lagi dimesjid. Tak segan ku tumpahkan air mataku, berharap aku lega setelahnya.
Di sampingku Indah pun seperti itu, mungkin yang kami rasakan sama. Betapa
merindu rumah dan sulitnya berada ditempat ini.
-----
Tulisan ini sebagai pengingat pribadi, jika ada hari yang pernah terlewati seperti hari itu.
Komentar
Posting Komentar