Musim-musim Ditinggalkan



Rasanya waktu telah beranjak begitu cepat. Tak terasa sudah dua kali wisuda yang terlewati begitu saja. Titik terang untuk menuju pintu gerbang akhir dari perjuangan ini sama sekali belum terlihat, meski celahnya, gelap. 

Bukan hanya wisuda yang telah terlewati begitu saja, pergi meninggalkan kami. Sebagian dari para pejuang mimpi sedang tertatih, menata semangat baru, bahkan ada yang sedang tertatih menata hidup baru. Segalau itukah kepergiannya? Mungkin. 


Ada yang bilang ini musim-musim ditinggal. Ditinggal teman yang sudah wisuda lebih dulu, sedikit pembelaan “Mungkin mereka yang terlalu cepat kuliahnya” celetuk seorang teman, sok tegar. Bukan hanya itu, ini lagi musimnya ditinggal sang kekasih hati, pujaan hati, separuh hati, yang bikin makan hati *ups, hehe.. 

Cerita diakhir-akhir masa perjuangan ini ternyata lebih sulit, dibanding soal analisa struktur atau dinamika tanah. Lebih susah dipahami dari pada program Matlab. Lebih butuh banyak kesabaran menjalaninya, ketimbang dikejar deadline beton bertulang sampe H-3 lebaran. Sekali-sekali meski pake cari trial and error. Kalau theodolith bisa mengukur kesegala arah, untuk sebuah keseriusan tak ada alatnya. Cinta itu kadang seperti tugas besar yang hampir jilid tapi tiba-tiba batal. 

Benar ya, hati itu mudah berbolak-balik. Kebersamaan ratusan hari bahkan ada yang menginjak ribuan hari, tidak akan menjamin. Meski banyak planning bersama yang udah dilist sama-sama, tetap saja bisa selesai. Sesekali ada yang saling berharap bisa pake toga barengan, katanya biar romantis gitu. Tapi? Semua yang direncanakan tak selalu berjalan sesuai harapan. Karena apa? Karena hati itu mudah berbolak-balik. Kalo hari ini yang kekeh bilang “Iya, Insya Allah ini yang terakhir”, yah tunggu saja kabar berakhirnya dimana, moga-moga dipelaminan. 

Beginilah fase dalam kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Hanya sepersekian orang yang mau tetap menunggu. Mungkin, pertemuan itu adalah suatu cara untuk mengenal dan pergi ditinggalkan adalah suatu cara yang diberikan agar kita bisa paham. Paham bagaimana rasa perihnya ditinggal pergi, bahkan rasanya diduakan, uhuk. Agar kita tahu, bahwa hal itu menyakitkan. Dan kita bisa sadar dan menghargai perasaan orang lain yang nantinya bakal jadi jodoh. So, masih mau pacaran? Dipikir-pikir lagi yaa..

Buat yang sedang patah hati, silahkan berterima kasih pada mantan. Setidaknya si doi udah ngasih pelajaran. Berterima kasih, udah dibuat patah hati. Berterima kasih, karena sakit yang diberi itu akan menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik lagi dan akan menjadi bukti kalau diri dan segenap hati yang diberikan berhak untuk mendapat tempat yang baik.

Buat yang masih jomblo, sabar aja deh. Tuhkan, ada baiknya juga jadi jomblo. Bisa belajar dari pengalaman temen-teman yang lagi patah hati. Biar besok-besok untuk bisa bedain mana yang main-main dan mana yang serius. ^^

Mending fokus untuk berbenah diri dan menyiapkan pondasi yang kokoh, biar bisa bangun #rumahtangga :D



 

Komentar

Postingan Populer