Aku Takut. Aku pun Rindu pada-Nya.

Ketika bulan pun meredup, cahayanya remang, tak lagi bersinar seperti dulu. Cahaya yang bersinar lembut, namun tak menyilaukan. Cahaya yang menenangkan, bukan cahaya yang menyakitkan mata. Lalu, kenapa sekarang cahayanya redup?

Cahayanya hampir hilang, yang tersisa hanyalah kekuatan terkecil yang ia miliki. Cahaya itu adalah iman. 

Ada apa dengan iman? 

Iman layaknya sebuah ponsel, yang harus di cas ketika hampir lobet. Iman itu naik dan turun, bertambah dan berkurang. Maka sudah sepatutnya ketika iman sedang turun segera diisi kembali. 

Apa yang membuat ragu untuk melangkah lebih baik?

Entahlah, semuanya terasa hampa dan langkah pun terasa berat. Banyak hal yang diinginkan tapi ketakutan itu muncul, takut untuk terhalagi.

Bukankah Allah sudah menjamin semuanya? 

"Aku seperti perasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku menyertainya tatkala ia mengingat-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka akan Aku sebut dia dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tengah orang banyak, Aku pun akan menyebutnya dengan sekumpulan orang yang lebih baik dari mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengka, Aku mendekat kepadanya sehasta, Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sepada. Jika ia mendatangi sambil berjalan, Aku mendatanginya sambil berlari." (HR. Bukhari) 

Aku takut. Aku pun rindu pada-Nya.

Kenapa takut?

Aku belum siap.

Menunggu sampai kapan?

Entahlah.

Sampai ajal menjemputmu?
----
 

Komentar

Postingan Populer