Belajar Tentang Kesetiaan Dari Sepasang Kekasih Senja

Sebuah perkenalan selalu membawa banyak cerita baru. Mereka yang datang tanpa diminta selalu saja memberi pengalaman yang dapat dipetik menjadi sebuah pembelajaran. Kita tak butuh orang yang memiliki deretan gelar didepan dan belakang namanya, untuk membuat kita paham makna dari kehidupan ini. Bahkan, terkadang orang-orang yang tak bergelar justru mempunyai hal yang istimewa untuk dijadikan pembelajaran.

Seperti tentang cerita dari sepasang kekasih senja. Selasa minggu ini saya bertemu dengan sepasang kekasih senja disebuah rumah sakit di kota ini. Pertemuan kami berawal dari masuknya tanteku di Rumah Sakit.

Selasa sore di rumah sakit, ketika masuk ke kamar, mataku langsung tertuju kepada pasien pertama yang sedang tertidur lelap bersama selang infusnya. Kaget, rambutnya cepak, dan tak berbaju, hanya memakai sarung menutupi tubuhnya. Sementara disamping tempat tidur itu seorang pria senja tengah berbaring, kedatangan kami membuatnya terbangun dan segera mengambil posisi duduk. Wajah bapak itu nampak letih, matanya sudah berkantung. Bapak ini terlihat sedikit lebih muda dibanding seseorang yang sedang terlelap itu.

Saya pikir yang berbaring itu adalah seorang pria, tapi mana mungkin pasien disatukan dalam satu ruang. Ternyata dugaanku salah. Seseorang yang terbaring lemah itu adalah istri dari bapak yang sedang duduk disamping tempat tidur.

Ibu yang terbaring lemah itu mengidap penyakit kanker payudara stadium 4. Hampir dua tahun ini mereka berdua menghabiskan hari-harinya di rumah sakit. Ibu itu sudah pernah dioprasi dan melakukan kemotrapi beberapa kali, tapi ternyata muncul kembali ditempat yang berbeda. Sebelum masuk di RS ini, mereka dari RS yang ada di makassar, hampir 9 bulan lamanya. Setibanya di Palu, mereka langsung kembali masuk di RS. Mereka berdua lebih dulu menempati kamar ini, hampir 19 hari yang lalu.

Ibu itu terbangun, meminta minum, dengan sigap bapak senja itu berdiri dari tempat duduknya dengan badan yang terlihat mulai melemah. Ia ambilkan botol air mineral, ia suguhkan dengan istrinya.

Kagum. Meski terlihat lelah tetap saja bapak senja itu memenuhi permintaan istrinya. Ibu itu sedikit cerewet, minta ini dan itu, agak tidak sabaran, mungkin faktor dari sakitnya. Terkadang bapak senja ini menggerutu kecil, tapi tetap saja menuruti permintaan istrinya. Berkali-kali bapak ini melapor kepada perawat jika istrinya ingin di kompres, tapi selalu saja jawabannya 'alatnya masih disterilkan'..atau ibu ini ingin dikipas, panas katanya, padahal ac disetting dengan suhu terendah.

Bapak senja ini suka menggerutu, kalau istrinya tidak ingin makan, atau tidak ingin dibersihkan jika buang air. Ibu ini tidak bisa bergerak, hanya terbaring lemah di atas tempat tidur. Alhasil semuanya butuh bantuan jika dia ingin sesuatu. Mereka adalah sepasang kekasih senja, tak memiliki keturunan. Jadi jangan tanyakan kemana anak-anak mereka. Bapak senja inilah yang setia menemaninya dirumah sakit. Bersedia menjaganya dimalam-malam sunyi, tetap terjaga disiang hari meski malamnya tidak bisa tertidur nyenyak. Hanya seorang diri. Ada sih keluarga yang datang berkunjung, hanya saja terlalu sebentar. Bapak senja ini hanya keluar sebentar untuk mencari makan, itupun jika istrinya tengah tertidur nyenyak. 

Entahlah apa yang membuat bapak senja ini tetap bersedia mendampingi istrinya yang terbaring lemah. Mungkin cinta yang menguatkan keduanya dan kesetiaan itu yang membuktikan betapa besar cinta mereka. Sekalipun terbaring lemah, istrinya suka ngomel, meski bapak senja ini pun menggerutu dibuatnya, tapi tetap saja ia setia disampingnya. 

Cinta mereka sepertinya abadi, tak termakan waktu, meski usia mereka terpaut jauh, meski ada pancaran kekecewaan dimata bapak senja ini, tapi entahlah apa yang membuatnya tetap menjadi pria yang gagah untuk wanitanya yang sedang lemah meski ia pun telah senja dan telah melemah. Entahlah apa yang membuatnya untuk tetap mau mengulurkan tangannya, tetap memberi seluruh waktunya untuk seorang wanita yang tak lagi bisa berbuat apa-apa untuknya. Mungkin, itu yang dinamakan sebuah kesetiaan.

Bapak senja ini membuktikan jika masih ada pria-pria baik didunia ini, pria yang tetap setia dipenghujung usia, pria yang tetap sigap meski ia telah menua. Ia membuktikannya disaat yang sama mungkin banyak pria-pria yang lebih muda darinya malah memilih berpisah dengan kekasihnya (istrinya), atau hal yang lebih menyakitkan adalah memilih menduakan kekasihnya, meski sang kekasih masih bisa berbuat banyak hal untuknya.

Jumat kemarin kami berpamitan pada bapak senja ini, kami pulang lebih dulu. Sementara sepasang kekasih itu tetap menempati ruang beraroma obat itu.

Sepasang kekasih senja itu mengajarkan tentang sebuah kesetiaan yang di uji oleh waktu. Karena tak ada cinta yang tak pernah diuji. Setiap cinta itu memiliki ujiannya. Dan ujian itu yang menentukan layaknya disebut cinta.

Catatan dari Rumah Sakit

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer