Ridha Allah Ridha Orang Tua

Rasanya waktu begitu cepat berlalu, tak begitu sadar jika saat ini telah memasuk tahun ke empat dibangku perkuliahan. Alhamdulillah, usaha selama ini tak sia-sia. Rasanya lelah dan semua "rasa" yang pernah hinggap di hati tidak lama lagi akan terbayar.. Amin

Tidak tau mengapa, pagi ini ingin bercerita kembali tentang memori empat tahun yang lalu..
Entah kenapa saya memilih jurusan ini, mungkin ini adalah pelarian setelah kecewa yang hampir saja tak berujung. haha..

Siswa mana yang tak pernah membayangkan berada di jurusan dan universitas dambaannya? Saya pikir semua siswa yang hendak lulus akan berpikir kemana mereka akan melanjutkan pendidikannya atau rencana masa depannya.. Sama, saya juga. Saya dan beberapa teman sudah sepakat tentang rencana kami ingin menjadi anak mandiri yang hidup di perantauan.. Saking inginnya memulai hidup baru diperantauan, kami telah mencari alternatf-alternatif yang nantinya akan membantu menyokong kehidupan kami jika sewaktu-waktu dana kami tak mencukupi.. Jadi ingat, dulunya sempat cerita sama Eky, Uci, dan Uyu.. pengen se'kosan..hehe..

Mungkin ini bagian dari takdir Allah.. atau kita yang tak cukup usaha?

Masa SMA itu menyenangkan, tapi tak perlulah diulang.. :')
Sewaktu SNMPTN dibuka, saya, eky dan uci pergi ngisi form'nya sama-sama..Walaupun jauh mereka rela datangi saya yang di Silae hanya untuk mengisi formulir sama-sama..hihih {}
Pemilihan Universitas saat itu adalah hal yang butuh banyak pertimbangan. Sangat sadar, jika ridha Allah itu bergantung pada ridha orang tua... untuk itu, dalam pemilihan Universitas saya meminta saran sama mama dan papa. Saat itu saya menjadi anak yang sedikit bandel, dan lebih berani mengajukan pendapat tapi lucunya hanya lewat sepucuk surat.. hihihi :'D

Saat SMA jatuh cinta sama jurusan Teknik Geologi, entahlah..ada kebahagiaan tersendiri mempelajari seluk beluk geologi.. Mempertahankan pilihan ini, jika saya harus kuliah di jurusan ini. Karena jurusan ini masih beberapa Universitas yang punya, dan kebetulan di kota ini tak ada. Yah, mengharuskan saya memilih Universitas di luar kota. Telah banyak pertimbangan dan hal-hal yang telah dipikirkan.

Jadi anak pertama itu menyenangkan, tapi susah juga dijalani. Berasal dari keluarga sederhana, dan saya bukan anak orang kaya. Mengajarkan saya untuk berpikir lebih baik lagi tentang masa depan, ditambah lagi sebagai anak pertama yang punya tiga adik. Sekalipun saya perempuan, tapi tetap saja saya anak pertama yang sangat merasa jika saya punya tanggung jawab dengan masa depan adik-adik saya. Hal itu yang sangat mendorong saya untuk menjadi anak yang mandiri, tak apalah jika hidup diperantauan..toh banyak hal baru yang akan seru yang harus dilalui, dan saya rasa kecintaan terhadap moment bersama keluarga akan menjadi dambaan nantinya...

Rindha Allah tergantung pada Ridha orang tua, saya telah menyusun banyak rencana dan langkah-langkah yang harus saya lalui.. Saya punya banyak target dan misi rahasia yang harus saya jalankan jika saya diterima di jurusan ini.

Duluunya ngotot sekali, pengen ke jogja.. tapi katanya terlalu jauh.. alhasil Makassar menjadi salah satu pilihan, dan disini? Tetap dipilih karena kata mama, persaingan "diluar itu susah, kalau tak lulus dua-duanya.. mau kuliah dimana?". Saya sih mikirnya simpel, saya tetap harus kuliah di jurusan ini, toh kalau belum berkesempatan lulus, saya ingin belajar bahasa inggris dan komputer dulu.. biar persiapan kedepannya lebih matang. Nah loh, mana dikasih izin sama orang tua.. Tapi yah, itu adalah hal wajar yang orang tua lakukan, setiap orang tua itu pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya, selama mereka bisa mengusahakan apa yang menjadi kebutuhan anak-anaknya. Apalagi soal pendidikan, mereka kadang tak tawar menawar jika itu sudah menyangkut masa depan. Tapi, sayangnya kadang membuat langkah kita terbatas.. :')

Pagi ini, kota gurun ini kembali diguyur hujan yang tak ada jedanya.. Mengingat masa itu, itu artinya menjatuhkan air mata lagi..

Baru beberapa waktu yang lalu saya tau, kenapa saya tak diterima di jurusan itu..
Rasanya sedih sekali mendengar hal itu, tak sadar air mataku jatuh lagi akhirnya.. setelah sebelumnya saya telah ikhlas dengan semua ini. Asda cerita kalau mama sempat cerita-cerita, katanya mama selalu berdoa jika saya tak diterima di Makassar..tak pernah alpa dalam sujud dan tangkupan tangannya berdoa agar saya tetap disini.. :(
Haha..itukan sedih lagi, nangis lagi.. :'D mungkin saya belum bisa terima.. Ahh, andai kalian tau sehebat apa mimpiku.. :')

Mungkin mereka masih belum yakin dengan saya, tapi benar yaa.. Ridha Allah itu bergantung pada Ridha Orang tua.. :')

Saya tau mereka begitu sayang, tapi mungkin sedikit berlebih. Jadi anak pertama, perempuan pula. Orang tua mana yang tak khawatir, apalagi sama sekali tak memiliki kerabat atau pun keluarga di perantauan sana. Ditambah lagi, kondisi kesehatan yang sangat mengkhawatirkan.. sekalipun telah berjanji akan menjaga kesehatan dan pola makan, tetap saja meraka tak rela jika anaknya hidup susah. Tapi, lagi-lagi tak diterima akal.. selalu ada pembenaran di hati "Hidup mandiri akan mengajarkan banyak hal".

Berasal dari keluarga biasa nan sederhana, mengajarkan betapa berharganya pendidikan. Sejak memasuki SMP hingga SMA, saya belajar untuk mandiri. Saat itu keuangan keluarga belumlah seperti sekarang, hal itu mengharuskan saya pergi kesekolah dengan naik angkutan umum. Jarak sekolah dan rumah yang cukup jauh sekitar 8 kilo mengharuskan saya bangun sangat pagi, hanya untuk menunggu angkutan umum. Dari perumahan berjalan kaki menuju jalan raya yang jaraknya entah berapa ratus meter, yah dekat sih.hehe.. kadang matahari belum terlihat saya sudah keluar rumah, karena di waktu sangat pagilah adalah waktu yang pas jika tidak ingin terlambat. Angkutan umum yang saya naiki bukan berisi anak sekolah semua, tak jarang ditemui se angkot itu isinya para penjual dipasar yang berasal dari bluri, donggala, dll.. Bau ikan, dan entahlah bau apa semuanya tercampur jadi satu, haha.. itu pengalaman yang tak terlupa..

Bahkan sewaktu sekolah dulu, untuk nambah uang jajan saya tidak malu kok jualan permen milkita dan kripik. Kebetulan dulu itu mama dan papa buat usaha kripik mentega.. wahh laris manis.. Saya juga menawarkan kripik itu dikantin sekolah. Milkita yang dulunya sepak 15 rb yang isinya 50 batang, kalau dijual bisa dapat untung 10rb.. lumayan nambah-nambah uang jajan. Jiwa pedagangnya ternyata tetap ada, mungkin karena dasarnya saya orang bugis.. haha..

Sewaktu SMA juga nyempetin jualan roti bakar dalam kelas, haha.. kadang belum istirahat jualannya udah habis.. Malu? Kenapa harus malu, toh ini halal :)

Kata mama, "kenapa kita harus malu bercerita jika kita pernah jualan, toh itu adalah proses dari hidup kita sehingga kita bisa seperti sekarang..dengan mengingat masa lalu kita bisa belajar dan bersyukur"

Kuliah tetap saja otak dagangnya jalan, hehe.. (kentara bugisnya, haha) waktu liburan disempatkan untuk buat usaha dari kain flanel, mulai dari buat bros sampe gantungan kunci. Tak perlu modal banyak, akhirnya dapat untung yang cukup buat jajan dan beli sepatu sendiri. Bisa beli barang dengan hasil keringat sendiri itu menyenangkan.

Mama dan papa hanyalah pegawai PNS biasa, mereka berdua adalah guru. Mereka berdua hebat, menyempatkan waktu mencari rejeki lain selain mengandalkan gaji guru yang tak seberapa. Selama ini berbagai macam jenis usaha yang sudah pernah dilakoni. Apalagi mama, pintar menjahit dan buat kue.. tak jarang kalau lebaran tiba atau natalan orderan gorden bisa numpuk. Sedih saja mendengar cerita mama, tentang orang-orang itu. Ahh..mereka tak tau, jika apa yang kita dapatkan ini karena kerja keras mama dan papa.. bukan karena jabatan atau harta peninggalan orang tua. Mereka tak tau, jika kita pernah susah payah bersama..berusaha dan bersabar menghadapi kesulitan-kesulitan. Toh, sekarang tak banyak berubah..mama masih saja terima orderan jahitan. :')
Hey, untuk anda.. mungkin anda harus lebih bekerja keras lagi..layaknya mama dan papa..

Sepertinya ceritanya sudah terlalu jauh, hehe..

Balik kecerita jurusan kuliah.
Allah menakdirkanku untuk di jurusan ini, Teknik Sipil. Sementara itu Uci di kehutanan, dan Eky di FKIP Fisika.. haha.. akhirnya kami lulus, tapi tetap saja dipalu. Nah, si Uyu yang berhasil lolos ke Makassar :')

Saat itu galau, pengennya tes ulang. Rencananya kami bertiga ingin tes lagi, tapi ternyata orang tua kami kompak. Kami tidak diberi izin. -___-

Biaya kuliah itu tak sedikit, uang sebanyak itu betapa berharganya..

Berusaha menerima, toh ini tetap juga pilihan saya.. Teknik. Entahlah, saya ditawari mengambil jurusan Pendidikan biar bisa seperti mama dan papa yang berprofesi sebagai guru. Tapi, saat itu saya menolak dan tetap kekeh dengan Teknik. Entah itu Geologi atau Sipil. Tak mau kecewakan mereka, di pilihan SNMPTN saya juga memilih FKIP Geografi.. sekedar menyenangkan mereka dan menyenagkan diri jikalau nanti tak berhasil di Geologi.

Tapi, Allah punya rencana tersendiri.. Lulus disini, tak begitu banyak rencana. Hanya sekedar ingin lulus secepatnya dan kerja. Tapi..rasanya saya menjadi orang yang tak bersyukur jika seperti itu.

Pertama kali masuk di tempat ini, rasa asing sudah pasti terasa. Dan sedikit shock dengan rentetan pertanyaan dengan nada-nada tinggi, maupun tatapan sinis. Apalagi pertama kali ke tempat ini saya pakai rok.. Saat itu saya sama sekali tak melihat satu orang pun yang pakai rok, malah ada senior yang tanya "Siapa suruh pakai rok?". Rasanya itu pertanyaan aneh..

Memasuki dunia baru, orang-orang baru, saya harus menyesuaikan diri lagi. Saya termasuk tipe orang yang agak lambat dalam penyesuaian kala itu. Apalagi ternyata di fakultas ini ceweknya minim. Mulai kenal dengan macam-macam karakter orang, unik. Mereka semuanya berbeda dengan teman-teman SMA.

Kesan pertama yang mungkin mereka lihat pada saya saat itu adalah orang yang pendiam dan jutek (menurut teman) haha.. tapi aslinya? Baik kan ^_^ hihihi

Beberapa waktu pun berlalu, akhirnya kehidupa nyata difakultas ini mulai terasa. Atmosfer kesibukan begitu terasa. Hingga kadang merelakan waktu tidur demi kerja tugas dan laporan. Proses asistensi kala itu juga masih sedikit menyeramkan.

Lucunya kadang kita itu dengan mudahnya terprovokasi dengan kata-kata senior.. "Hati-hati yah, si ibu ini..bapak ini.. beginilah..begitulah" haha.. Sampai-sampai jadi grogi dan gemeteran kalau ketemu yang dimaksud. Tapi, tak selamanya benar. Saya pikir tergantung bagaimana kita bersikap dan menyikapi mereka saja. Setiap waktu itu bisa merubah orang kok :)

Pengalaman dapat nilai D itu luar biasa, pengen pindah. Hahah..cepet sekali menyerahnya. Syukur ada SP. Pas di ulang dapat A. Saat kecewa dengan nilai D itu adalah hal yang paling buat terpukul.. (hihihi..sedikit lebay, tapi serius nih..) Dibalik rasa kecewa itu, justru berusaha untuk bangkit dan belajar lebih giat lagi. Semester berikutnya dan sampai sekarang Alhamdulillah nilai sudah tak pernah lagi di bawah 3,2 :D

Yang bisa semangati kuliah itu hanya keluarga, teman, dan mimpi-mimpi. Pacar?? Ahh, jangan tanyakan soal itu, tidak ada orang se'spesial itu yang namanya pacar. Family is number one? Setelah itu? Teman'lah :p

Tidak banyak waktu untuk memikirkan hal itu, sekalipun kata orang udah cukup besar untuk mengenal yang namanya "pacaran" tapi entahlah.. hidup sendiri saat ini itu lebih menyenangkan. Tak perlu khawatir dekat dengan si ini'lah.. si itu'lah.. toh semuanya sama hanya anggap "TEMAN". Lagi pula, dalam islam tuh tidak ada namanya pacaran sebelum nikah :p Sangat menghargai perasaan sendiri dan orang lain, terutama si dia (iya, kamu.. *eeaa) haha.. maksudnya nanti...

Fokus kuliah saat ini itu prioritas utama, biar bisa cepet lulus dan bahagiakan keluarga dan orang-orang terdekat, meraih mimpi. Dan semua akan indah pada waktunya, benerkan? (Cieh..)

Hahaha..lagi-lagi, bahasannya melenceng -___-

Dulu saat menjadi MABA (Mahasiswa Baru), senang saja melihat senior-senior yang duduk dan berbicara didepan, mereka kelihatan hebat. Kadang bermimpi suatu hari nanti saya menggantikan posisi mereka. Yups, saya raih juga. Bangga? Ternyata tidak juga..

Semakin bertambah usia dibangku kuliah, menyadarkan lagi jika hidup tanpa arah kedepannya akan sulit untuk menentukan semua ini.. (mau dibawa kemana?)..

Suatu hari saya tak sengaja menemukan print out cerpen tentang secarik surat buat mama dan papa dan mimpi di Geologi.. ahh, lagi-lagi saya nangis.. (Cengeng, biar.. bwee :p)

Tapi, setelah membacanya saya temukan hal yang lain. Hikmah dari bacaan itu adalah "Tempatnya boleh berbeda, tujuannya harus tetap sama. Dan mimpi harus dilanjutkan".

Dari hari itu, saya suka menulis kembali tentang mimpi, dan hal yang sempat tertunda yang ingin saya wujudkan. Saya pernah menulis ingin dapat beasiswa, Alhamdulillah dapat. Pernah nulis ingin jadi Asisten, Alhamdulillah ditawarkan. Dan mimpi-mimpi kecil lainnya. Ternyata bangkit dari rasa kecewa itu luar biasa, selama tetap positif.

Saat ini berada dipenghujung semester 7. Sempat susun target tapi jadi berantakan karena perubahan kurikulum, akhirnya yang tadinya bisa turun KKN semester anatar kemarin, harus nunggu semester depan dan KP setelahnya. Target lulus 4 tahun kayaknya tak bisa tercapai..hhm..

Tapi tak mengapa, setidaknya mimpi yang tinggi tak tercapai jikalau tak bisa digapai kita tetap berada jauh dari bawah :) untuk itu tetap gantungkan cita-cita setinggi-tingginya.. 

Insya Allah semester depan KKN setelah itu KP dan sambil keduanya menyusun proposal. Berharap semuanya lancar dan diberi kesehatan.

Tulisan ini sebenarnya sebagai pengantar kenapa saya harus cepat-cepat lulus. Banyak hal setelahnya yang harus saya lakukan.Masih banyak misi yang belum terselesaikan.. :)

Saya yakin, sukses itu tergantung kepada Ridha orang tua. Karena Ridha Allah tergantung Ridha orang tua.. yah..harus sering-sering bujuk mama dan papa biar didoain sukses disini..hehe

Be strong ca..






Komentar

Postingan Populer