Bukan Jilbab Pertama

Ini bukanlah jilbab pertamaku, melainkan jilbab kedua. Karena aku pernah menanggalkan jilbabku, sewaktu aku duduk di kelas 5 SD. Awal aku pakai jilbab bukan karena dapat hidayah, tapi karena aku ikut-ikutan sama teman-temanku yang mendadak ramai pakai jilbab. Waktu itu aku duduk di bangku SD kelas 2. Ternyata pakai jilbab itu banyak godaannya. Termasuk aku yang masih kecil udah dapat godaan. Hingga saat ini aku masih mengingat kejadian itu.
Aku adalah murid pindahan dari salah satu SD terkenal di kotaku saat itu, aku pindah sewaktu aku duduk di kelas 4 semester 2. Jadi murid baru itu menyenangkan, apalagi sewaktu itu hanya aku yang berjilbab. Teman baru tak seperti temanku sebelumnya, disekolahku yang baru aku harus bisa beradaptasi dengan mereka. Karena aku tipe pemalu yang lambat dalam hal beradaptasi dengan lingkungan baru. Rumah baru daan sekolah baru.
Aku pemalu karena dilingkungan rumah lamaku, aku jarang bergaul dengan anak sebayaku. Sebab ada pagar setinggi 2 m yang membentengi rumahku. Banyak hal yang mengharuskanku tetap berada dalam pagar karena dilingkungan itu, banyak tetanggaku yang non muslim, bukan karena mereka yang non muslim tapi karena peliharaan mereka yang sangat menakutkan. Betapa takutnya aku keluar karena di luar pagar itu banyak hewan itu yang berkeliaran di jalan. Karena itu aku tidak memiliki teman. Padahal dilingkunganku juga banyak anak-anak yang seusiaku, tapi aku merasa aku tak bisa untuk beradaptasi dengan mereka yang masih kecil tapi berbicara kotor yang tak pantas diucapkan anak manis seusiaku, (hehehe). Selain itu mereka cukup kasar saat bermain. Aku sering melihat mereka bermain dari dalam pagar, ingin rasanya aku keluar tapi hewan-hewan itu juga ikut bermain bersama mereka.
Sifat pemalu itu lambat-laun memudar, dilingkungan rumahku yang baru semuanya muslim dan aku tak menemukan hewan itu lagi. Aku mulai bergaul dengan teman-teman baruku. Bermain diluar rumah tak mengapa bagiku karena tak ada hewan itu yang berkeliaran lagi. Mencari teman ternyata tak sulit, baru pindah saja banyak yang pengen kenal. Aku hanya duduk manis dan mereka menghampiriku, saat itu aku masih pemalu. Ternyata beradaptasi tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya berbagi cerita dan mendengarkan cerita, kita bisa dekat. Tak lama beberapa teman baruku ikut memakai jilbab sepertiku. Aku senang akhirnya ada juga yang memakai jilbab selain aku.
Disaat-saat kebahagiaan itu, setan pun menggodaku. Setan itu menggoda bukan langsung dari dia, tapi lewat manusia juga. Hari itu teman-teman baruku ingin melihat rambutku, karena selama ini aku tidak pernah memperlihatkan rambutku pada teman-temanku sekalipun perempuannya.
“Cha, boleh lihat rambut kamu gak?” Tanya Vira
“Untuk apa? Rambutku jelek!” jawabku
“Ah, kamu ini… kita kan penasaran liat rambutmu seperti apa, panjang atau pendek?” sambung kiki
“Rambutku, gak panjang banget kok, hanya sampai sebahu…” ujarku
“Tapi kan kita mau lihat, disini kan gak ada cowok. Ayo dong….!” Bujuk putri
Aku ragu untuk memperlihatkan rambutku, tapi mereka terus memaksaku. Hingga akhirnya aku membuka jilbabku. Setelah aku membuka jilbabku, mereka kaget melihat rambutku.
“Ih….. ternyata rambutmu……..” ujar putrid
“Wah…. Rambutnya bagus yah.., panjang, hitam, lurus, dan wangi!” ujar Kiki
Aku malu, ternyata menurut mereka rambutku terlalu indah untuk ditutupi.
“Cha, kenapa kamu mau pakai jilbab? Sementara rambutmu begitu indah, sayang banget kalo ditutupi. Aku pengen banget punya rambut yang hitam, lurus, lembut dan wangi kayak rambutmu. Ujar Vira
“Makasih, rambutku biasa-biasa aja kok sama kayak kalian” jawabku
“Mana sama cha, beda banget. Coba lihat rambutnya si Kiki yang keriting, kusam, dan sedikit bau… hehehe… maaf…” ujar putri
“Apa???” sahut Kiki
“Becanda… hehehe”
“Udah yah, kalian kan udah lihat rambutku seperti apa jadi aku mau pakai jilbab lagi” ujarku sambil memasang kembali jilbabku
“Kamu lebih cantik loh, kalo gak pakai jilbab” kata putri
“Ah… biasa aja” jawabku tak ingin sombong

Kata-kata mereka membuatku ragu dengan jilbabku, saat itu aku tak tau mengapa wanitaa harus memakai jilbab. Aku memakai jilbab bukan karena aku tau mengapa harus memakainya tapi karena aku ikut-ikutan dengan teman-temanku di sekolahku yang lama. Aku masih terus memikirkan perkataan mereka. Aku tergoda untuk membuka jilbab sebab kata mereka aku lebih cantik tak menggunakan jilbab.

Setan telah berhasil menggodaku. Dan keesokan harinya aku berangkat ke sekolah tanpa jilbab. Ayah dan ibu terlihat aneh melihatku. Sebelum aku berangkat ayah memanggilku untuk dinasehati dan ditanya-tanya.
“Cha, jilbabmu mana?” Tanya ayah
“Ada di kamar” jawabku polos
“Tadi kamu mau berangkat tapi kok gak pakai jilbab?” Ayah memandangiku
“Maaf yah… aku udah gak mau pakai jilbab!”
“Kenapa?”
“Aku…. Aku….” Susah untuk bilang sama ayah, dan tidak mungkin aku mengatakan apa yang terjadi kemarin. “Aku kepanasan yah, disekolah itu panas banget” Jawabku ragu
“Kamu yakin?” sepertinya ayah tau apa yang sedang aku pikirkan
“Iya aku yakin”
“Itukan hak kamu, tapi menurut ayah kamu lebih cantik pakai jilbab” oops…. Tau dari mana?
“Tapi panas yah….” Bela ku
“Terserah kamu saja, kalo menurut kamu itu yang terbaik ayah gak bisa bilang apa lagi…!” ayah tampak kecewa.
Setelah itu aku berangkat sekolah tanpa jilbabku lagi. Setibanya aku disekolah semua anak-anak melihatku dengan pandangan terkagum-kagum.

Tapi aku merasa bersalah karena telah menanggalkan jilbabku. Sebab sewaktu masuk SMP aku ingin kembali memakai jilbab. Aku menceritakan rencanaku untuk memakai jilbab kembali pada ibu, tapi ibu ingin aku memakainya dan tak melepaskannya lagi. Aku tidak ingin mengingkari janjiku, aku takut jika aku tidak bisa menjaga jilbabku lagi seperti sewaktu aku ingin menanggalkannya dulu. Aku belum yakin, dan akhirnya aku memutuskan untuk belum mengenakannya kembali.

Ketika masuk SMA panggilan hati ini untuk memakai jilbab semakin kuat. Setiap kali aku melihat mereka yang memakai jilbab, aku merasa hati ini menjadi sejuk memandang mereka. Selain itu aku melihat ketenangan, ketulusan, dan aura muslimah sejati yang terpancar dari wajah mereka. Hati ini semakin kuat, tapi aku ragu… karena ada juga yang memakai jilbab tapi hanya di sekolah. Walaupun begitu tak ada yang bisa mengalahkan gejolak hati untuk mengenakan jilbab. Saat-saat SMA ini aku belajar banyak hal tentang Jilbab, selain mendengar cerita dari teman-temanku, aku juga membaca buku tentang apa yang boleh dan tidak untuk seorang wanita muslimah. Akhirnya, aku berhasil meyakinkan hatiku dan aku berjanji untuk tidak melepas jilbab ini lagi, karena jilbab adalah mahkota seorang muslimah. Aku ingin menjadi wanita muslimah seutuhnya…….

Komentar

Postingan Populer