Menjadi batu pijakan dan sayap untuk mereka

Sejatinya seorang kakak ingin menjadi batu pijakan bagi adik-adiknya untuk melompat tinggi dan sayap untuk terbang lebih jauh lagi. -nps

Entah sejak kapan saya memiliki anggapan jika setiap mimpi harus diperjuangkan dan diwujudkan. Bagaimanapun kondisinya jika itu menurut dirimu yang terbaik maka harus diperjuangkan. Kita memang tak pernah tahu apa yang akan terjadi kedepannya, tapi satu hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha kemudian memasrahkan segala ikhtiar kita kepada Allah. 

Satu hal yang sangat disayangkan bila kita bermimpi tetapi telah dipatahkan sebelum benar-benar diperjuangkan. Hal itu pernah saya rasakan saat ingin kuliah tujuh tahun lalu. Tetapi setalahnya saya berpikir itu mungkin bagian dari takdir. Kembali berbaik sangka sama rencana Allah, dan yakin bila rencana Allah adalah yang terbaik merupakan kunci dari ketenangan dan kedamaian.

Akhir tahun 2016, tahun pertama saya mencicipi dunia pekerjaan, merasakan nikmatnya memiliki gaji bulanan, adalah tahun dimana saya mulai memahami setiap skenario yang Allah tuliskan. Saya anak pertama dan perempuan sekaligus cucu pertama dalam keluarga besar ibu. Tentunya sebagai anak pertama saya menginginkan untuk dapat memberikan yang terbaik dan menjadi contoh yang baik untuk adik-adik saya. 

Memori akhir tahun itu masih sangat melekat dalam ingatan, dimana akhir tahun itu adik  pertama saya meminta izin agar diberikan kesempatan untuk mengikuti kursus wasit pertama. Tetapi sayangnya keinginannya itu hendak diredam dengan alasan takut jika kuliahnya nanti akan berantakan. Saya sangat tahu pasti alasan orangtua untuk hal itu. Sebagai anak pertama dan perempuan yang tentunya lebih peka, nalurinya menuntut untuk dapat menengahi setiap perbedaan pandangan antara adik-adik dan orangtua. Saya bukan yang paling bijak, tetapi saya sedang belajar untuk menjadi bijak.

Satu hal yang tidak ingin saya ulang kepada mereka adalah membiarkan setiap mimpinya berakhir sebelum benar-benar diperjuangkan. Akhir tahun itu saya mendapat tugas keluar kota, tepatnya dipelosok dengan sinyal yang minim. Hari penutupan pendaftaran tinggal sehari lagi, dengan modal sinyal yang hilang-hilang adik saya menghubungi dan membujuk agar diberi pinjaman untuk pendaftaran. Saya tahu pasti bagaimana perasaannya ketika apa yang diinginkan harus dilepaskan tanpa pernah diperjuangkan, huhuhu. Karena tidak ingin mengulang perasaan-perasaan itu maka saya memutuskan untuk memberinya uang pendaftaran, mungkin tidak seberapa nilainya. Tetapi ada keyakinan dan kepercayaan yang saya coba tanamkan kepadanya, jika setiap mimpi itu harus diperjuangkan lalu dipasrahkan kepada Allah. Bila gagal maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Setidaknya kita pernah berjuang.. 

Dan saya ingin memperlihatkan kepada orangtua bila tidak semua mimpi anak itu harus diredam, harus ditutupi, dan harus disudahi tanpa diperjuangkan. Saya percaya bila kesuksesan seorang anak bergantung pada Ridho orangtua, karena ridho Allah bergantung pada ridho orangtua. 

Alhamdulillah, sampai pada dititik ini saya melihat perjuangannya dan keseriusan dalam menjalani setiap mimpi-mimpinya. Semoga setiap ikhtiarmu dapat menuntunmu kepada apaapa yang kamu impikan. Dan sedikit demi sedikit paradigma orangtua tentang mimpi dan cita-cita yang perlu diperjuangkan mulai berubah. 

Saya ingin selalu dapat menjadi bagian dari mama papa untuk menjadi batu pijakan bagi adik-adik untuk melompat tinggi dan sayap untuk terbang lebih jauh lagi. 

Semoga mimpi dan cita-cita baik kita segera terijabah, semoga setiap apa yang kita ikhtiarkan dapat menuntun kita pada rencana-rencana terbaik yang telah disiapkan oleh-Nya. Dan semoga hati kita dapat berlapang manakala rencana kita tak sebaik rencana-Nya.

Komentar

Postingan Populer