Nikmat atau Ujian?

Rasanya baru kemarin disibukkan dengan urusan perkuliahan, berkutat dengan skripsi, kejar-kejaran dengan dosen pembimbing, revisi dan revisi dari penguji, hingga pengurusan wisuda yang ribet. Bukan hanya semua itu, ujian-ujian sederhana dan cukup membuat diri ini kadang merasa lemah dan lelah pun datang silih berganti. Proses penyelesaian skripsi yang penuh perjuangan dan sedikit dramatisir, ahh kalo diingat-ingat bagaimana bisa maju ujian akhir rasa haru seketika bergerumul didada.

Bagaimana tidak haru, rasanya Allah memanja diri yang fakir ini. Allah beri kemudahan demi kemudahan setelah ujian demi ujian kesabaran harus ditempuh. Bagaimana bisa mendaftar ujian di hari itu juga sementara dosen penguji masih ingin asistensi. Bagaimana bisa mendaftar ujian dihari itu juga padahal waktu sudah sangatlah mepet, 30 menit untuk pergi dan kembali, mengejar sebuah tanda tangan. Kalau dipikir-pikir hari itu adalah hari terberat dan sangat dekat dengan kata 'Menyerah'. Bagaimana mungkin bisa ujian, sementara saya tahu saat itu kondisi keuangan orang tua sangatlah tidak mendukung. Tapi, atas izin Allah.. semua bisa terlaksana :")

Allah mudahkan menghadapi dosen penguji, Allah mudahkan dan lindungi dalam perjalanan dengan waktu yang terbatas, dan Allah mudahkan rezeki. Bagaimana tidak haru? Saat Allah memanja hamba-Nya yang fakir ini.

Ujian skripsi berjalan dengan lancar, meski hampir seluruh pertanyaan yang diajukan dosen penguji benar-benar menguji, diluar tebakan. Tapi, saya belajar banyak didalamnya. Saat beberapa pertanyaan tak bisa dijawab, saya sadar pada titik ini pun saya masih harus belajar banyak. Tetapi, Allah tetap saja memanja hamba-Nya yang fakir ini. Allah mudahkan semuanya :")

Saya teringat nasehat seorang bapak paruh baya 'Apapun yang kita inginkan, mintalah kepada Allah. Allah mengikuti perasangka hamba-Nya. Allah dapat menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Yakinlah pada Allah' sekiranya begitulah yang ia katakan pada pertemuan kedua kami.

Dan benar, Allah memanja hamba-Nya yang fakir ilmu ini :')

Selesainya ujian tugas akhir bukan berarti semuanya telah selesai. Masih ada tahap yang harus dilalui. Cerita wisuda juga tak kalah peliknya. Waktu pendaftaran yang singkat sementara tugas akhir belum selesai dijilid. Alhasil, kami menggunakan surat pengantar rektor untuk bisa wisuda. Prosesnya panjang dan menggunakan energi dan mesti ekstra sabar. Lagi-lagi ujian yang terberat saat itu adalah kesabaran dalam menjalani prosesnya.

Tetapi, Allah memudahkan semuanya, lagi dan lagi :")

Saat-saat menunggu wisuda, saat itulah dan sebenarnya dalam penyusunan tugas akhir pun perasaan itu telah mengusik. Bagaimana tidak, setelah lulus ini mesti kerja dimana? Semetara saya sama sekali tidak memiliki pengalaman kerja, nol. Saat saya bimbang ingin lanjut kuliah lagi atau mencari kerja, saya dihadapkan pada kenyataan lain. Saya bisa lanjut kuliah dengan syarat beasiswa, saya paham itu. Adik kedua tahun depan akan masuk kuliah dan adik ketiga akan masuk SMA, dan semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saya mengalah, pilihan waktu itu adalah ingin menyiapkan diri mendaftar beasiswa sembari kerja.

Dan kalian tahu? Allah kembali memanja hamba-Nya yang fakir ilmu ini.

Allah mudahkan semuanya, saya diterima disalah satu instansi tanpa mensyaratkan pengalaman kerja. Saya bersyukur, masih ada orang-orang yang mau memperkerjakan orang-orang tanpa pengalaman seperti saya. Disaat banyak pengumuman mengatakan minimal pekerjaan, saya malah diterima tanpa syarat itu. Kalau ditanya bagaimana bisa? Saya hanya bisa menjawab, 'Allah telah mengaturnya'. 

Saya jadi teringat, tentang sebuah kalimat 'Jika kamu mendekati Allah dengan berjalan maka Allah akan mendekatimu dengan berlari' kurang lebih seperti itu (mohon dibenarkan bisa keliru ataupun tak lengkap).

Rasa haru itu muncul kembali. Bagaimana tidak, saat saya berusaha untuk memperbaiki diri dan kembali belajar, Allah memudahkan semuanya termasuk rezeki ini. Saya berniat belajar mengaji kembali, dan ingin tarbiah lagi. Pertemuan pertama dilalui pada hari sabtu, dan tawaran pekerjaan itu datang dihari senin. Pada pertemuan kedua itu saya telah kerja selama seminggu. Saya terharu dengan cara Allah memanjakan saya :")

Tetapi, disisi lain dan semakin kesini, rasanya nikmat ini adalah sebuah ujian buat diri ini. Sebuah pergulatan batin ada disini. Apakah sibuk ini akan melalaikan saya pada tujuan itu. Dan sepertinya seperti itu, saya mulai merasakannya :")

Apakah ini ujian yang berselimut nikmat?

Komentar

Postingan Populer