Rencana Indah Dari Langit


Album mimpi itu telah tertata rapi. Dan selangkah lagi akan menjadi pasti. Setapak demi setapak untuk membawanya kedunia nyata pun telah siap, hanya menunggu waktu dan kepastian dari Langit.
Malam itu, setelah sholat Isya seperti biasa aku selalu berharap pada Allah agar aku dapat mewujudkan mimpiku. Aku juga tak pernah memaksa, aku selalu bilang “Ya Allah, jika ini yang terbaik untukku maka aku yakin dapat memilikinya. Namun jika ini bukanlah yang terbaik untukku, aku tau ada rencana indah dari-Mu untukku”.

Harapan itu seolah-olah menjadi oksigen untukku, sumber kehidupanku. Sebab harapan itu adalah semangat untukku, semangat untuk terus hidup dan meraih mimpiku.
Tetapi... tidak semua harapan itu dapat terwujud dengan sempurna seperti keinginan kita. Dan hari itu adalah hari dimana aku bergulat melawan takdir dengan egoku. Tetap saja aku kalah oleh takdir, aku tak punya kuasa apapun!

Kesedihan itu begitu menusuk bagiku, hampir saja ia membunuhku bersama harapanku. Telat sedikit saja aku akan mati dalam mimpiku.
Hari-hari berikutnya tetap aku lalui dengan kesedihan, banyak air mata, dan keputusasaan. Aku tak tau apa yang harus ku lakukan lagi, setelah semua mimpi dan harapanku hilang sudah..
Hingga akhirnya aku sadar, jika ini adalah sebuah ujian untukku. Bukannya aku sendiri yang pernah bilang Jika ini bukan yang terbaik untukku, aku tau akan ada ganti yang lebih baik dari-Mu untukku” aku tersenyum malu pada Allah.

“Ya Allah, ampuni aku yang tak bersyukur atas nikmat yang Engkau beri” lirihku..

Aku tau aku bukanlah orang yang pandai bersyukur. Tetapi aku termasuk orang yang beruntung. Saat aku gagal dan harapanku untuk masuk di salah satu universitas ternama di Indonesia dengan jurusan Teknik Geologi, Allah memilihkan sesuatu yang lain untukku. Aku diterima tanpa tes apapun di salah satu Universitas di kotaku dengan jurusan Teknik Sipil. Aku dulu pernah terpikir untuk mengambil jurusan ini. Namun saat aku mengenal geologi, aku jadi jatuh cinta padanya.

Semuanya telah siap, bukan sekedar harapan belaka tanpa usaha. Langkah-langkah untuk mewujudkan mimpi itu aku siapkan jauh sebelum aku lulus SMA. Betapa indah membayangkan masa depan! Aku ingin jadi apa, dan sukses yang bagaimana? Semuanya telah aku siapkan. Alasanku pun kuat untuk masuk teknik geologi. Banyak yang protes, tapi aku tak begitu memikirkan mereka. Aku hanya perlu membuktikan jika aku bisa. Andai mereka tau sehebat apa mimpiku...

Setelah aku tersadar jika itu takkan terwujud dan dihadapanku saat ini adalah rencana indah yang disiapkan oleh-Nya untukku, aku kembali membuka album mimpi itu. Ku amati setiap lembaran itu, setiap kata hingga aku menemukan jawaban yang lain.

“Yang aku butuhkan adalah sukses. Dan membahagiakan papa dan mama serta orang-orang yang ku sayang. Berbagi bersama mereka. Dan melakukan hal yang terbaik”

Itulah yang membuatku tetap betah untuk meraih mimpiku disini ditempat yang baru. Aku juga mulai jatuh cinta padanya. Aku tengah belajar untuk memahaminya. Walau aku belum merencanakan sesuatu yang hebat bersamanya, seperti mimpi hebatku di Geologi.

Disaat aku lemah, selalu saja setan itu berbisik “Mampukah kamu? Ahh, kamu tidak bisa disini. Coba dulu kamu usahanya lebih lagi. Pasti kamu lolos di geologi. Sekarang apa jadinya kamu?”

Ku akui aku masih sering menangis karena ingat perjuanganku dulu, mempertahankan impianku hingga akhirnya takdir mengalahkan mimpiku. Apalagi saat pertama kali dan ku harap terkahir kalinya aku dapat nilai D, itu adalah tamparan untukku.

Terus kenapa aku bisa bertahan??

Aku bisa bertahan sebab aku ingin liat papa dan mama bahagia. Aku ingin liat mereka tersenyum melihat putri pertamanya sukses, kembali menggenggam piala kemenangan. Seperti saat aku TK dulu, mendapat piala karena menang lomba busana kartini..hehe (^_^)

Sebab aku ingin bisa bahagia, makanya aku ingin berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik. Aku ingin menjadi wanita tangguh, tetap tegar meski yang lain tak pernah tau jika terkadang aku merasa tak berdaya.
Dan karena aku yang memilih TEKNIK. Aku pernah ditawarkan untuk ambil jurusan kesehatan dan FKIP, dengan mantap aku menolaknya. Ku ajukan argumen yang sangat kuat hingga akhirnya orang tuaku mengalah. Ya, aku berhak atas pilihan masa depanku, aku tak ingin sekedar ikut-ikutan kemauan orang. Karena aku yang akan menjalaninya bukan mereka”

Malu dong sama papa dan mama kalo tiba-tiba aku bilang “ma, pa, aku nggak tahan di teknik. Cape. Kayaknya nggak cocok deh!” payah!!

Hidup itu adalah sebuah pilihan. Berani memilih berarti berani untuk bertanggung jawab atas pilihannya. Memilih itu jangan tergesa-gesa. Perlu mempertimbangkan lebih matang, apalagi soal masa depan.

Dari album mimpi itu aku mengambil semangatnya, dan ku simpan mimpi Geologi itu untuk cerita perjuanganku hingga akhirnya aku sampai disini “Welcome to civil”

Teman-teman yang mensupport banyak, mereka sangat baik. Pertemanan kami sudah seperti saudara. Ahh, kita seperti keluarga kecil yang bahagia. Senasib sepenanggungan. Suka duka dilewati bersama. Banyak cerita yang tak akan ada habis untuk dicerita, waktu pun tak akan pernah mau mengulangnya. Aku harap kita bisa tetap bersama, saling berpegangan, hingga tiba di gerbang kesuksesan. Menjadi seorang Insinyur yang peduli pada alam, tidak semena-mena, dan tentunya melakukan hal yang terbaik..

“Ya Allah, peluklah mimpi kami... Agar kami dapat mengukir senyum di wajah orang tua kami”

"Ya Allah.. bimbinglah aku untuk selalu berada dalam naungan cinta-Mu, bantu aku untuk merealisasikan semua keinginan dan mimpiku. Aku yakin ada rencana yang indah untukku, yang Engkau siapkan buatku setelah kegagalan yang menyakitkan dan menyedihkan kemarin"

Aamiin Ya Rabbal'alamiin..

Komentar

Postingan Populer