Terima Kasih Kecewa
Bismillahirrahmanirrahim...
Sahabat, tau tidak mengapa saya
ingin menulis ini? Hhm..pasti ada yang sedikit bingung nih sama judulnya
“Terima Kasih, Kecewa ^_^” iyaakan?? Kok kecewa bilang terima kasih pake
senyum-senyum lagi? Sabar..sabar.. sebentar lagi saya akan membawa kalian pada
rasa kecewa yang amat menguntungkan? Hehe... :D
Saya
menuliskan ini saat saya tengah dilanda rasa kecewa, -__- yaiyalah kalo tidak
pernah merasakan saya tidak akan mampu untuk menuliskan kata demi kata ini.
Menurut saya menulis itu adalah kebutuhan, saat cerita kehilangan tempat untuk
berbicara. Saya lebih senang menulis dibanding bercerita. Bebas. Kalo bercerita
secara terang-terangan apalagi masalah “the secret of heart” kudu hati-hati
jangan salah tempat... hehhehe :D serius yukk, seriuss...
Pernahkah
kalian merasa kecewa? Pasti pernah, iyakan? Hhm, ini khususnya buat teman-teman
mahasiswa manapun... cerita ini saya tulis khusus buat para hati mahasiswa yang
pernah dilanda rasa kecewa yang mendalam, terutama masalah nilai. Hayyo...siapa
yang pernah dapat nilai D atau E? Angkat tangan... =D. Kalian kecewa tidak?
Apalagi yang sudah susah payah belajar, ba gadang (bahasa palu :D), paling
rajin, catatannya jadi bahan belajar teman2 sekelas, dan masih banyak usaha
yang lainnya tetapi pada saat nilai keluar ehh nilainya anjlok. Dan ada juga
yang tidak berbuat apa-apa, mencatat saja ogah, malas masuk, tapi nilainya keluar
BAGUS. Kalian pasti pernah mengalami hal seperti ini... terus ini salah siapa?
Dosen? Atau kita? Coba renungkan....
Sahabat...saya
pernah mengalami kekecewaan seperti diatas. Saat semester dua kemarin, terpuruk
nilai itu.. menurut mereka lumayan, tapi yah..namanya juga saya manusia pasti
ada rasa tidak puasnya, apalagi saya merasa telah berusaha semaksimal mungkin.
Saat itu IP turun... target IP harus
>3 yang ditargetkan dosen wali buat saya dan target pribadi saya
telah sirna... inilah kenyataan IP saya hanya 2,66.
Bukan
hanya masalah IP yang hanya 2,66. Salah satu nilai mata kuliah struktur D.
Rasanya dapat nilai D itu seperti mau pindah, perasaan ragu pun mulai merasuk
dalam pikiran. Hati gelisah, apa bisa saya mengambil mata kuliah atas? Siapa
coba yang tidak galau, kalo mata kuliahnya bersyarat seperti itu. Harus
menunggu tahun depan baru bisa ambil. Itulah yang menyelimuti hati saya. Apa
yang saya lakukan? Saya menangis, sambil mencari-cari alasan kenapa bisa
seperti ini. Diam merenung dikamar. Ya, saya temukan jawabannya..
“Bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan”-QS.
Al-Insyirah (94) :5-6
Perenungan
saya dalam sehari itu membuat saya kembali bersemangat. Sedikit lama saya
menemukan semangat itu. Saya berusaha berpikir positif atas apa yang saya alami
saat itu. Kalo saya mendapatkan seperti itu itu tandanya usaha saya belum
maksimal. Saya masih harus belajar lebih giat lagi. Dan ini menjadi penentuan
buat saya, maju terus atau saya kalah saat ini dengan keadaan yang memenangkan
permainan kehidupan ini? Ya, saya pilih tetap bertahan. Malu dong, masa mau
pindah karena nilai D. Dan saya selalu berusaha untuk melihat kebawa, bukan
merendahkan. Tapi saya merasa malu saja pada diri sendiri, kenapa yang lain bisa
bertahan sementara saya tidak bisa. Setiap
manusia memiliki potensi hanya saja terkadang kita tidak mengenal baik,
akhirnya potensi yang dimiliki itu dibiarkan begitu saja tidak diasah, alhasil
kita hanya akan jadi orang yang biasa-biasa saja.
Sahabat,
saya lanjut yaa.. setelah saya menemukan semangat itu yang saya lakukan adalah
mengambil bagan mata kuliah, saya mencoba untuk menemukan peluang-peluang yang
dapat membuat hati saya sedikit lebih tenang. Saya mulai mencoba mencontreng
mata kuliah yang saya ambil, lalu memikirkan mata kuliah yang semester 3 nanti.
Alhamdulillah, di bulan Ramadhan ada SP (Semester pendek) saya pun mulai
menyusun rencana untuk perbaikan 2 mata kuliah dan 1 mata kuliah semesster 4.
Hanya itu yang membuat saya bersemangat, yaitu mencari-cari peluang untuk bisa
terus maju. Akhirnya selesai tepat jam 3 subuh ^_^. Dan saya bisa tidur
nyenyak...
Keesokan
harinya saya kekampus dan ingin mendaftar. Nah ini lagi masalah, kita boleh
mendengarkan setiap masukan orang lain, tetapi bukan berarti kita harus menerimanya
secara polos. Kenapa? Ini kehidupanmu bukan dia, bukan mereka. Apa yang kamu
lakukan akan berdampak untuk dirimu
bukan pada mereka. Ada beberapa yang mengatakan sisi negatif dan positif dari
SP tapi rata-rata bilangnya yaahh... yang bikin semangat down. Kamu harus
melihat kondisimu, mampu tidak? Kalo iya, jalan terus. Insya Allah.. kamu akan
menemukannya...
Tetap
dengan pendirian dan semangat yang terus dijaga, akhirnya saya menjalani SP
dibulan ramadhan. Kuliah dibulan puasa punya hikmah tersendiri. Disaat
teman-teman yang lain liburan banyak yang pulang kampung, istirahat dirumah
bantu ayah dan ibunya menyiapkan idul fitri. Saya dan teman-teman yang ikut SP
harus berusaha untuk belajar dan terus belajar. Ada perasaan iri saat itu, tapi
inilah resiko dari apa yang kita ambil.
Sahabat, saat
hati tengah dilanda rasa kecewa..jangan terus-terusan bersedih dan
menjadikannya alasan untuk tidak bisa merenggut kembali kebahagiaan. Karena
sedih itu pilihan untuk mereka yang memiliki peluang bahagia tetapi masih saja
mengurung diri dalam rasa sedih dan kecewa.
Alhamdulillah...
usaha itu tidak sia-sia...
Iya ya, saya juga pernah dapat D, tapi untung 1 kelas dapat D semua.. hihi ^^
BalasHapuskalau SP di kampus saya dah dihapus, coz dianggap "mengenakkan" mahasiswa, sedikit waktu kebanyakan lu2s semua.. ^^'
Mending kalo rame2 kecewanya sama2, hehe :D
BalasHapusSekarang SP dikampus saya juga sudah d'hapuskan..yah, begitulah hehe..